Makalah Strategi Pengendalian Masyarakat modern kembali ke Masyarakat Ekologis sesuai Adat Istiadat
MAKALAH
STRATEGI
PENGENDALIAN MASYARAKAT MODERN KEMBALAI KE MASYARAKAT EKOLOGIS SESUAI ADAT
ISTIADAT
OLEH
NAMA : MARIA ALFIANA SEA SAGHO
NIM : 1506030017
TEKNIK
ELEKRO
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNYA saya dapat menyelesaikan
tugas agama ini yang mengenai “KEMBALINYA MASYARAKAT
MODEREN KE MASYARAKAT EKOLOGIS SESUAI ADAT ISTIADAT ” ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Tugas ini
saya susun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah agama, dengan makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang luas kepada saya khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Pada
kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang dengan caranya sendiri telah membantu saya dalam menyelesaikan
Makalah ini dengan baik.
Di dalam Makalah
ini saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan semoga makalah ini dapat membangun dan bermanfaat bagi saya dan
pembaca pada umumnya.
Kupang, 03
Juni 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG..............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN
MASALAH..........................................................................................................1
1.3 TUJUAN...................................................................................................................................2
1.4 MANFAAT...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 MASYARAKAT MODERN.......................................................................................................3
2.2
MASYARAKAT EKOLOGIS.....................................................................................................4
2.3 ADAT
ISTIADAT ........................................................................................................................5
2.4 STRATEGI
PENGENDALIAN....................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN..............................................................................................................................9
3.2 SARAN..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya Indonesia
adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku, agama,
ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa.
Dimana setiap suku bangsa memiliki adat istiadat yang berbeda- beda di dalam
kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan adat
istiadat umat MASYARAKAT pun mengalami perubahan. Hal ini berarti semua
kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang ada hanyalah
pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi.
Adat istiadat itu sendiri lebih
terikat pada alam atau lingkungannya, yang sadar maupun tidak sadar, setiap
masyarakat adat pasti sering berinteraksi dengan alamnya atau lingkungannnya
atau yang biasa disebut ekologi.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bedampak besar pada kehidupan MASYARAKAT ini mengakibatkan
pergeseran nilai, tata kehidupan dari MASYARAKAT. Dampak tersebut dapat membuat
masyarakat ekologis atau masyarakat yang sering berinteraksi dengan lingkungan
tidak lagi peduli dengan lingkungan disekitarnya tetapi lebih peduli pada diri
sendiri. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan mengkaji tentang kembalinya
MASYARAKAT modern ke MASYARAKAT ekologi berdasarkan adat istidat.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu MASYARAKAT modern?
2.
Apa itu MASYARAKAT Ekologis?
3.
Apa itu adat isttiadat?
4.
Strategi pengendalian MASYARAKAT modern ke MASYARAKAT
ekologis sesuai adat istidat
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui
apa itu MASYARAKAT modern.
2. Mengetahui
apa tu MASYARAKAT ekologis.
3. Mengetahui
apa itu adat istiadat
4. Mengetahui
strateg dalam pengendalian MASYARAKAT modern ke MASYARAKAT ekologis sesuai adat
istiadat.
1.4
MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari
hadirnya makalah ini ialah terpenuhinyya kewajiban mahasiswa salam
menyelesaikan tugas yang diberika sebagi syarat keikutsertaan mahasiswa dalam
menenmpu ujian semester.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MASYARAKAT MODERN
Masyarakat modern adalah masyarakat
yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke
kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di
daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua
masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak
memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
Ciri-ciri Masyarakat Modern
Dari pengertian konsep modern yang
telah dijelaskan, maka dapat diidentifikasikan adanya ciri-ciri modern, sebagai
berikut (Sajogyo, 1985:112):
1. Kehidupan
yang berorientasi pada sektor industri
Alam tidak lagi menjadi hal yang amat vital dalam
menunjang kehidupan mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Hal ini
terjadi karena sebagian besar manusia pada kehidupan modern lebih
menggantungkan hidupnya pada dunia industri.
2. Terbuka
dengan adanya teknologi baru
Alam dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan dalam
menunjang kehidupan yang lebih baik. Kemampuan pengetahuan di sini yakni berupa
pengetahuan yang rasional dalam memafaatkan sumber daya yang ada dengan
memanfaatkan teknologi-teknologi modern dalam menunjang kegiatannya.
3. Masyarakat
modern yang menerima adanya hal-hal baru
Pada umumnya, kehidupan modern mengalami gejala
modernisasi dari sektor industri, sektor perdagangan, kepariwisataan, dan jasa
lainnya. Hal ini bisa menjadikan manusia modern cenderung memiliki
pengetahuan-pengetahuan baru, bahkan bisa pula mondorong perilaku hidup yang
konsumtif.
4. Sistem
pelapisan sosial yang terbuka
Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi
segi-segi sosial kehidupan modern. Segi-segi sosial modern yakni meliputi
pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku,
nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan lain-lain.
5. Lebih
percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
Mempunyai sarana komunikasi dan telekomunikasi yang
lengkap. Pada kehidupan modern, sistem komunikasinya sudah maju. Alat
komunikasinya bermacam-macam dan cukup canggih. Oleh karena itu, manusia modern
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kemajuan teknologi sehingga dapat
melakukan komunikasi dengan mudah.
6. Melakukan
tindakan secara rasional
Dalam melakukan suatu hal dilandasi dengan adanya
fakta-fakta yang ada, salah satunya adalah dengan menerima adanya teknologi
yang rasional, yakni sebagai akibat dari perubahan-perubahan masuknya pengaruh
kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Manusia modern akan selalu berusaha agar mereka mempunyai pendidikan
yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi,
politik, hukum, dan sebagainya.
7. Berpikir
rasional
Berpikir objektif, yakni dengan menerima segala
sesuatu secara objektif dengan menggunakan fikiran yang rasional.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9242609169639555"
crossorigin="anonymous"></script>
2.2 MASYARAKAT EKOLOGI
Berasal dari kata Yunani oikos
(“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologis diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi makhul hifup denga makhluk hidup maupun makhluk
hidup dengan linkungannya. Ekologi
yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungan hidupnya, baik yang bersifat hidup (biotik) maupun tidak
hidup (abiotik). Hubungan yang terjalin antara keduanya menyebabkan adanya
hubungan yang saling membutuhkan atau muncul suatu saling ketergantungan yang
berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pendekatan ekologi
banyak dilakukan oleh masyarakat yang menganut sistem organik, yaitu masyarakat
pedesaan. Hal ini menurut Durkheim disebabkan masyarakat pedesaan lebih peka
terhadap alam karena ketergantungan terhadap alam masih sangat tinggi.
Masyarakat pedesaan berupaya selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Hal inilah yang disebut sebagai adaptasi. Adaptasi tidak serta merta hadir
dalam diri individu, melainkan memerlukan proses yang berlangsung lama secara
bertahap.
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli
Biologi dari jerman yaitu Ernest Haekel pada tahun 1866. Ekologi adalah ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan
atau sistem dengan lingkungannya. Menurut Odum dan Cox (1971), ekologi adalah
suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam dimana
manusia adalah bagian dari alam. Struktur mencirikan keadaan sistem tersebut.
Fungsi menggambarkan hubungan sebab akibatnya. Jadi pokok utama ekologi adalah
mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam. Sehingga pola adaptasi
ekologi dapat diartikan sebagai kebisaan yang ada di lingkungan tempat tinggal
masyarakat. Adaptasi ekologi berlangsung terus-menerus dan spesifik ruang dan
waktu.
Jadi, masyarakat ekologis merupkan
masyarakat yang saling berikteraksi baik sesama manusia maupun manusia dengan
lingkungannnya.
Ciri-ciri masyarakat ekologis
1. Adanya
interaksi yang signifikan anatar manusai dengan manusia
2. Adanya
interaksi antar masyarakat dengan lingkungannya.
2.3
ADAT ISTIADAT
Tradisional erat kaitannya dengan
kata “tradisi” yang berasal dari bahasa latin: traditio yang artinya “diteruskan”. Tradisi merupakan suatu
tindakan dan kelakuan sekelompok orang dengan wujud suatu benda atau tindak
laku sebagai unsur kebudayaan yang dituangkan melalui fikiran dan imaginasi
serta diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang didalamnya
memuat suatu norma, nilai, harapan dan cita-cita tanpa ada batas waktu yang
membatasi.
Dari konsep tradisi tersebut di
atas, maka lahirlah konsep tradisional. Tradisional
merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat
(Sajogyo, Pudjiwati, 1985:90). Didalamnya terkandung metodologi atau cara
berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam
menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi. Seseorang akan merasa yakin
bahwa suatu tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau
mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya,
dia akan merasakan bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai
oleh masyarakat bila ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakatnya. Disamping itu berdasarkan pengalaman atau kebiasaannya, dia akan
tahu persis mana yang menguntungkan dan mana yang tidak. Oleh karena itu, sikap
tradisional adalah bagian terpenting dalam sistem tranformasi nilai-nilai
kebudayaan.
Jadi Adat istiadat dalam kehidupan masyarakat dapat
diartikan sebagai berikut :
1.
Sekelompok orang yang hidup dengan tradisi dan budaya
– budaya tertentu, adat istiadat yang sudah ada sebelumnya, yang tidak
terpengaruhi oleh perubahan zaman karena mereka merasa cukup dengan kehidupan
dan penghidupan yang mereka jalani secepat apapun evolusi kebudayaan pada masa
tersebut.
2.
Masyarakat yang kehidupannya masih dipegang teguh oleh
adat istiadat lama yang mereka
miliki. Yang dimaksut adat istiadat disini adalah adanya suatu aturan baku
mencangkup segala konsep budaya yang di dalamnya terdapat aturan terhadap
tingkah laku dan perbuatan MASYARAKAT dalam menjalani kehidupan
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9242609169639555"
crossorigin="anonymous"></script>
Ciri-ciri Kebudayaan
Menurut
Redfield (Ifzanul, 2010:1) , ciri-ciri
tradisional anatara lain:
a.
Belum adanya
perkembangan pengetahuan dan teknologi.
b. Semakin
kecil dan dipencilkannya lingkup masyarakatnya dari daerah lainnya, maka
rasa cinta pada cara hidupnya
akan semakin sulit untuk diubah.
c.
Tidak
mengenal adanya “pembagian kerja” dan spesialisasi.
d. Belum
terinspirasi dengan diferensiasi kemasyarakatan.
e.
Kebudayaan
yang terbentuk masih sangat homogen.
2.4
STRATEGI PENGENDALIAN
Dalam kehidupan manusia yang modern sering terjadi kesalahan-kesalah yang
dapat berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Hal ini dikarenakan masyarakat
modern yang yang memiliki sifat egois yang hanya mementingkan kepentingan diri
sendiri seiring dengan berkembangnya teknologi sekarang. Kurangnya komunikasi
dengan masyrakat disekitar karena asik dengan kesibukan pribadi. Ini dapat
mengakibatnya bergesernya nilai adat istidat yang melekat pada masyarakat ekologis
yang tertanam akibat adat istiadat setiap daerah di Indonesia.
Dampak dari
semua kemajuan masyarakat modern, kini dirasakan demikian fundamental sifatnya.
Hal ini dapat ditemui dari beberapa konsep yang diajukan oleh kalangan
agamawan, ahli filsafat dan ilmuan sosial untuk menjelaskan persoalan yang
dialami oleh masyarakat. Misalnya, konsep keterasingan (alienation) dari Marx
dan Erich Fromm, dan konsep anomie dari Durkheim. Baik alienation maupun anomie
mengacu kepada suatu keadaan di mana manusia secara personal sudah kehilangan
keseimbangan diri dan ketidakberdayaan eksistensial akibat dari benturan
struktural yang diciptakan sendiri. Dalam keadaan seperti ini, manusia tidak
lagi merasakan dirinya sebagai pembawa aktif dari kekuatan dan kekayaannya, tetapi
sebagai benda yang dimiskinkan, tergantung kepada kekuatan di luar dirinya,
kepada siapa ia telah memproyeksikan substansi hayati dirinya (Kuntowijoyo,
1987, sebagai dikutip A.Malik Fajar, 1995: 4).
Semua
persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat modern yang digambarkan di
atas, “menjadi pemicu munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa persoalan
kemanusian tidak cukup diselesaikan dengan cara empirik rasional, tetapi perlu
jawaban yang bersifat transendental” (A.Malik Fajar, 1995: 4).
Dari
persoalan diatas, kita dapat melihat bahwa masyarakat modern ini prlu
dikembalikan ke masyarakat ekologis. Namu dalam proses pengendalaina ini
dibutuhkan strategi pengendalian yang sesuai dengan adat istidat dimana kita
tingal. Ini disebabkan oleh beragam suku dan budaya yang ada di Indonesia yang
memiliki adat istidat yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan strategi
pengendaliannnya. Adapun strategi pengendalaian masyarakat modern kembali
ke masyarakat ekologis sesuai adat istiadat:
1.
Pengenalan kembali norma-norma dan nilai-nilai adat
istiadat
Pada
strategi yang pertama ialah mengenalkan kembali nilai adat istidat yang
bersifat positif ke masyrakat modern sehingga timbulnya kesadaran msyarakat
modern tentang penting nilai dan norma tersebut dalam mewujudkan masyarakat
ekologis. Adat istiadat ini disesuaikan dengan tempat asal atau lingkungan
sekitar kita.
2.
Mempraktekan nilai dan norma tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Contohya, dalam
adat istiadat ende-lio yang mengaruskan berkumpulnya sanak saudara pada acara
adat. Ini dapat menciptakan masyarakat ekologi yaitu saling beriteraksi anatara
manusia dengan manusia.
3.
Menjaga nilai dan norma tersebut secara bertanggung
jawab.
Menjaga
nilai dan norma sangat penting, karena pada strategi ini kita dapat melestarikan
nilai dan norma tersebut dan mepergunakannya secara bertanggung jawab. Ini
dimaksudkan agar nilai dan norma itu dapat dikendalikan dengan baik.
Dari stategi tersebut, kita dapat menwujudkan masyarakat yang ekologis
sesuai dengan adat istiadat kita masing-masing
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adat istiadat atau tradisi lahir dari tingkah
laku MASYARAKAT yang termanivestasikan dalam realitas kehidupan bermasyarakat.
Dimana masyarakat didalam kehidupannya masih memegang teguh adat istiadat lama
yang mereka miliki. Munculnya masalah adat istiadat di dalam masyarakat yang
menjunjung adat istiadat berubah menjadi cenderung berubah menuju masyarakat
modern. Dan akibat munculnya masalah itu
munculah ide untuk membuat gerakan kembali ke adat agar masyarakat
dapat melestarikan nilai budaya (adat-istiadat) masyarakat yang bernilai
tinggi.
3.2 SARAN
Sebagai generasi muda kita harus
melestarikan adat istiadat yang ada di dalam masyarakat. Adat istiadat merupakan sesuatu hal yang sangat berharga dalam suatu
kelompok masyarakat, olehnya itu penulis menyarankan agar setiap masyarakat
mempertahankan, menjaga dan memelihara adat istiadat tersebut agar tetap ada
sampai kapanpun.
DAFTAR PUSTAKA
Welner, Myton. 1981. Modernisasi, Dinamika Pertumbuhan (hlm. 59-67). Yogyakarta: UGM.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan: Ciri-ciri Masyarakat Tradisional dan Ciri-ciri
Masyarakat Modern (Hlm. 89-90, 96-97,
99, 101, 140-141). Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.
Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Komentar
Posting Komentar